Anda kenal dengan artis JAV (Japanese Adult Video) yang bernama Mihiro Taniguchi? Kalau anda lebih kenal nama Maria Ozawa dibanding Mihiro adalah suatu hal yang wajar, toh memang nama Maria Ozawa lebih dikenal di Indonesia.
Tapi di Jepang, nama Mihiro jauh lebih ngetop dibanding rekan sesama AV idol yang dulunya menggunakan nama panggung Miyabi diawal karirnya tersebut. Tahun 2009, Mihiro meluncurkan sebuah novel otobiografi tentang awal perjalanan karirnya di industri pornografi Jepang berjudul nude.
Kunjungi juga
Kunjungi juga
Kisah-Kisah Fans JKT48
Fernando48
00.48AM
Sky of Love
Anrudito Share
Sekilas Maya
IGO Cakep
Mami genit
JKT48
Metairuka Stasiun48
Novel ini kemudian diadaptasi menjadi sebuah film live action tahun 2010 yang disutradarai oleh Yuichi Onuma dengan aktris Naoko Watanabe sebagai Mihiro. Selain film, novel nude juga diadaptasi menjadi manga berjudul nude ~ AV Joyu Mihiro Tanjo Monogatari (Kisah kelahiran artis AV Mihiro) oleh mangaka wanita Ojiro Makoto.
Setelah memutuskan pensiun dari dunia pornografi pada awal tahun 2010, Mihiro lebih memfokuskan dirinya untuk berkarir di perfilman mainstream dan acara TV.
Film dibuka dengan opini Mihiro tentang pandangannya terhadap industri JAV dipertengahan karirnya, sebelum akhirnya lewat adegan kilas balik, Mihiro mulai mengenang masa lalunya selepas SMA di propinsi Niigata.
Selepas upacara wisuda SMA, Hiromi Yamase (Naoko Watanabe) dan sahabatnya Sayaka Kawai (Aimi Satsukawa) berbincang-bincang tentang masa depan mereka. Hiromi berencana pindah ke Tokyo untuk bekerja di bandara Haneda sambil mencari kesempatan untuk meraih mimpinya bekerja di bidang entertainment, sedangkan Sayaka memutuskan untuk tetap di Niigata untuk meneruskan sekolahnya ke bangku kuliah.
Di Shibuya Tokyo, Hiromi dihampiri seorang talent-scout Enomoto (Ken Mitsuishi) yang menawarkan jasanya menjadi agen modeling. Walaupun Enomoto adalah agen mewakili perusahaan yang bisnis utamanya bergerak dibidang JAV, Enomoto juga agen model gravure idol. Berpendapat asalkan bukan JAV, Hiromi setuju untuk terjun ke dunia modeling gravure idol dan berhenti bekerja di Bandara Haneda. Memasuki dunia modeling gravure idol, Hiromi menggunakan stage nama Mihiro sebagai alias.
Keputusan ini membuat hubungan Hiromi dengan pacarnya Eisuke, yang numpang tinggal bareng di apartemen milik Hiromi, menjadi renggang. Belum lagi majalah gravure idol yang beroplah nasional dilihat oleh kenalannya di Niigata termasuk Sayaka. Selain gravure idol, Hiromi juga mulai merambah dunia perfilman V-Cinema. Seiring dengan perjalanan karirnya, Hiromi semakin terseret menuju karir sebagai AV idol.
Yang menjadi perhatian utamaku disini adalah tidak adanya tokoh orang tua Mihiro, baik ketika masih menggunakan nama Hiromi maupun setelah menggunakan nama Mihiro. Apakah ini memang tidak ada tokoh orang tua dalam novelnya sendiri atau memang disengaja tidak dimunculkan dalam film, saya sendiri tidak tahu.
Padahal kalau tokoh orang tua Mihiro hadir, tentunya konflik dalam pribadi Mihiro akan semakin menarik untuk disaksikan. Kesan penolakan seorang sahabat seperti Sayaka ataupun pacarnya terhadap pilihan karir Mihiro rasanya kurang nendang apabila dibandingkan dengan misalkan, keluarga dekat Mihiro sendiri.
Walaupun ada secuil adegan tentang seorang bapak yang marah-marah terhadap Enomoto yang dianggap menjebak anak perempuannya bekerja sebagai AV idol, tapi tak akan sekuat kesan yang didapatkan jika ayah sang tokoh utama Mihiro sendiri yang hadir.
Filmnya sendiri berjalan dengan tempo lambat dan baru mulai terlihat menarik setelah Mihiro memutuskan untuk melanjutkan karirnya sebagai AV idol. Dilain pihak, film ini juga mencoba memahami keputusan yang diambil oleh sorang Mihiro ditinjau dari keadaan dirinya dan pilihan yang ada dihadapannya. Sepertinya awal pemilihan karir sebagai AV idol, Mihiro terlihat mengalami tekanan dari lingkungannya, baik oleh manajer maupun sikap orang-orang dekatnya.
Akting para pelakon utamanya sendiri terlihat kurang stabil. Kadang mereka tampil lumayan baik, tapi lebih sering terlihat berakting lebay mirip pemain sinetron, terutama untuk Satsukawa. Menurutku ini merupakan tanggung jawab sutradara yang gagal mengarahkan para pemainnya dengan baik. Bukan hanya sutradara, kameraman juga tidak stabil.
Wajah cantik Watanabe beberapa kali terlihat jelek gara-gara pengambilan angel kamera yang kurang tepat. Belum lagi ada beberapa plot hole yang mengganggu, misalnya saja ketika Sayaka mengunjungi apartemen Mihiro dan menginap secara mendadak, kemana gerangan Eisuke yang tinggal kumpul kebo dengan Mihiro?
Walaupun untuk adegan di Niigata terlihat berakting kaku, Naoko Watanabe sendiri bermain lebih bagus secara umum setelah Mihiro pindah ke Tokyo, ditambah lagi dia tampil cukup berani untuk adegan syuting film porno. Mihiro asli sendiri tampil dalam peran cameo sebagai AV idol senior yang sebentar lagi pensiun, tentu saja tanpa adegan buka-bukaan.
Hal paling kusuka dalam film ini adalah ditampilkannya persiapan syuting oleh para crew film JAV, tingkah polah para crew sewaktu pengambilan gambar, hingga tetek bengek lainnya selama masa syuting. Paling tidak hal ini menunjukkan bahwa para crew tidak main-main dalam menjalankan pekerjaan mereka, bahwa para crew film porno juga sama profesionalnya dengan crew film mainstream.
Mau tak mau aku membandingkannya dengan film Hollywood Boogie Nights yang sama-sama bertema pekerja film porno. Akan tetapi tentu saja secara kualitas film, Boogie Nights jauh melebihi Nude yang notabene film semi-indies. Walaupun demikian, aku bisa membandingkan beberapa perbedaan aspek dunia perfilman pornografi antara Amerika dan Jepang. Film ini menarik secara tema, sayangnya eksekusinya tidak terlampau bagus.
Tapi lumayanlah untuk anda yang ingin nonton dengan tema unik, apalagi kalau anda termasuk penikmat JAV yang ingin mengetahui seluk beluk dunia dibalik panggung dan ranjang dunia JAV.
From
http://yusahrizal.wordpress.com/2011/02/28/nude/
mirip nikita willy kalau lagi tersenyum lucu...
ReplyDelete=)) fuck
ReplyDelete